Kamis, 12 Maret 2020

Cerita Rakyat dan Langkah-langkah Metode Ilmiahnya

MAKALAH MATEMATIKA DAN ILMU ALAMIAH DASAR


CERITA RAKYAT DAN LANGKAH LANGKAH METODE ILMIAH 

Disajikan Untuk Melengkapi Tugas

Dosen Pembimbing : Firda Fitri Fatimah

Disusun Oleh:
Marcell Yohama Fahmi Alhafidz (13519531)



UNIVERSITAS GUNADARMA
PROGRAM S1 PSIKOLOGI




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadiran Allah SWT karena berkat rahmatnya lah saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Budaya Dasar yang bermateri Cerita rakyat dan langkah - Langkah Metode ilmiah. Saya juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya berharap para pembaca dan Ibu firda akan memberikan saran dan kritik yang akan membantu saya memperbaiki makalah saya untuk tugas tugas selanjutnya. Dan saya harap makalah ini akan bermanfaat bagi para pembaca.
Bekasi, 13 Maret 2020




DAFTAR ISI

Cerita Rakyat Dan Maknanya
Langkah-langkah Penulisan Metode Ilmiah





CERITA RAKYAT


ASAL MULA DANAU SITU BAGEDIT

             Alkisah di sebuah desa terpencil di daerah Jawa Barat, ada seorang janda muda yang kaya raya dan tidak mempunyai anak. Hartanya yang melimpah ruah dan rumah sangat besar yang ditempatinya merupakan warisan dari suaminya yang telah meninggal dunia. Namun sungguh disayangkan, janda itu sangat kikir, pelit, dan tamak. Ia tidak pernah mau memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan. Bahkan jika ada orang miskin yang datang ke rumahnya untuk meminta bantuan, ia tidak segan-segan mengusirnya. Karena sifatnya yang kikir dan pelit itu, maka masyarakat di sekitarnya memanggilnya Bagenda Endit, yang artinya orang kaya yang pelit.
               Selain memiliki harta warisan yang melimpah, Bagende Endit juga mewarisi pekerjaan suaminya sebagai rentenir. Hampir seluruh tanah pertanian di desa itu adalah miliknya yang dibeli dari penduduk sekitar dengan cara memeras, yaitu meminjamkan uang kepada warga dengan bunga yang tinggi dan memberinya tempo pembayaran yang sangat singkat. Jika ada warga yang tidak sanggup membayar hutang hingga jatuh tempo, maka tanah pertaniannya harus menjadi taruhannya. Tak heran jika penduduk sekitarnya banyak yang jatuh miskin karena tanah pertanian mereka habis dibeli semua oleh janda itu.
                Suatu hari, ketika Bagende Endit sedang asyik menghitung-hitung emas dan permatanya di depan rumahnya, tiba-tiba seorang perempuan tua yang sedang menggendong bayi datang menghampirinya.
“Bagende Endit, kasihanilah kami! Sudah dua hari anak saya tidak makan,” kata perempuan itu memelas.
“Hai perempuan tua yang tidak tahu diri! Makanya, jangan punya anak kalau kamu tidak mampu memberinya makan! Enyahlah kau dari hadapanku!” bentak Bagende Endit.
Bayi di gendongan perempuan itu pun menangis mendengar suara bentakan Bagende Endit. Karena kasihan melihat bayinya, pengemis tua itu kembali memohon kepada janda kaya itu agar memberikan sesuap nasi untuk anaknya. Tanpa sepatah kata, Bagende Endit masuk ke dalam rumah. Alangkah senangnya hati perempuan tua itu, karena mengira Bagende Endit akan mengambil makanan.
“Cup... cup... cup...! Diamlah anakku sayang. Sebentar lagi kita akan mendapatkan makanan,” bujuk perempuan itu sambil menghapus air mata bayinya.
                Tak berapa lama kemudian, Bagende Endit pun keluar. Namun, bukannya membawa makanan, melainkan sebuah ember yang berisi air dan tiba-tiba Bagende Endit menyiramkannya ke arah perempuan tua itu.“Byuuurrr...! Rasakanlah ini hai perempuan tua!” seru Bagende Endit.Tak ayal lagi, sekujur tubuh perempuan tua dan bayinya menjadi basah kuyup. Sang bayi pun menangis dengan sejadi-jadinya. Dengan hati pilu, perempuan tua itu berusaha mendiamkan dan menyeka tubuh bayinya yang basah kuyup. Melihat perempuan tua belum juga pergi, janda kaya yang tidak berpesan itu semakin marah. Dengan wajah garang, ia segera mengusir perempuan tua itu keluar dari pekarangan rumahnya. Setelah perempuan tua itu pergi, Bagende Endit kembali masuk ke dalam rumahnya.
                  Keesokan harinya, beberapa warga datang ke rumah Bagende Endit meminta air sumur untuk keperluan memasak dan mandi. Kebetulan di desa itu hanya janda kaya itulah satu-satunya yang memiliki sumur dan airnya pun sangat melimpah. Sementara warga di sekitarnya harus mengambil air di sungai yang jaraknya cukup jauh dari desa.
“Bagende Endit, tolonglah kami! Biarkanlah kami mengambil air di sumur Bagende untuk kami pakai memasak. Kami sudah kelaparan,” iba seorang warga dari luar pagar rumah Bagende Endit.

“Hai, kalian semua! Aku tidak mengizinkan kalian mengambil air di sumurku! Jika kalian mau mengambil air, pergilah ke sungai sana!” usir Bagende Endit.

                   Para warga tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, mereka pun terpaksa pergi ke sungai untuk mengambil air. Tak berapa lama setelah warga tersebut berlalu, tiba-tiba seorang kakek tua renta berdiri sambil memegang tongkatnya di depan rumah Bagenda Endit. Kakek itu juga bermaksud untuk meminta air tapi hanya untuk diminum.“Ampun Bagende Endit! Berilah hamba seteguk air minum. Hamba sangat haus,” iba Kakek itu.

                   Bagende Endit yang sejak tadi sudah merasa kesal menjadi semakin kesal melihat kedatangan kakek tua itu. Tanpa sepata kata pun, ia keluar dari rumahnya lalu menghampiri dan merampas tongkat sang kakek. Dengan tongkat itu, ia kemudian memukuli kakek itu hingga babak belur dan jatuh tersungkur ke tanah. Melihat kakek itu tidak sudah tidak berdaya lagi, Bagende Endit membuang tongkat itu di samping kakek itu lalu bergegas masuk ke dalam rumahnya.

                  Sungguh malang nasib kakek tua itu. Bukannya air minum yang diperoleh dari janda itu melainkan penganiayaan. Sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, kakek itu berusaha meraih tongkatnya untuk bisa bangkit kembali. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, kakek itu menancapkan tongkatnya di halaman rumah Bagende Endit. Begitu ia mencabut tongkat itu, tiba-tiba air menyembur keluar dari bekas tancapan tongkat itu. Bersamaan dengan itu, kakek itu pun menghilang entah ke mana.
                  Semakin lama semburan air itu semakin besar dan deras. Para warga pun berlarian meninggalkan desa itu untuk menyelamatkan diri. Sementara itu, Bagende Endit masih berada di dalam rumahnya hendak menyelamatkan semua harta bendanya. Tanpa disadarinya, ternyata air telah menggenangi seluruh desa. Ia pun berusaha untuk menyelamatkan diri sambil berteriak meminta tolong.
“Tolooong.... Toloong... Tolong aku! Aku tidak bisa berenang!” teriak Bagende Endit meminta tolong sambil menggendong sebuah peti emas dan permatanya.
                  Bagende Endit terus berteriak hingga suaranya menjadi parau. Namun tak seorang pun yang datang menolongnya karena seluruh warga telah pergi meninggalkan desa. Janda kaya yang pelit itu tidak bisa lagi menyelamatkan diri dan tenggelam bersama seluruh harta kekayaannya. Semakin lama, desa itu terus tergenang air hingga akhirnya lenyap dan menjadilah sebuah danau yang luas dan dalam. Oleh masyarakat setempat, danau itu diberi nama Situ Bagendit. Kata situ berarti danau yang luas, sedangkan kata bagendit diambil dari nama Bagende Endit.
        Begitulah legenda fiktif asal mula danau situ bagendit yang terletak di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Jawa Barat.Dari cerita tersebut kita belajar sekaya apapun kita dan sekuat apapun kita tetap akan hancur dan membutuhan pertolongan orang lain jadi selama kita mampu menolong orang kita harus melakukan nya karena kita manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri


MENJELASKAN LANGKAH - LANGKAH METODE ILMIAH


    1. Pengertian Metode ilmiah

    Metode Ilmiah adalah metode untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang rasional untuk mengungkapkan suatu permasalahan yang muncul dalam pemikiran kita.


    2.  Langkah-langkah Metode Ilmiah

    1)      Merumuskan Masalah
    Langkah pertama dalam metode ilmiah adalh merumuskan masalah, jika tidak ada masalh tidak akan berjalan suatu penelitian. Biasanya suatu masalah timbul dari keresahan dalam suatu objek.
    2)      Menemukan Hipotesis
    Hipotesis merupakan dugaan sementara atas rumusan masalah yang ditetapkan dan harus berdasarkan fakta dan logis.
    3)      Menentukan Variabel Penelitian
    Variabel penelitian dibagi tiga yaitu
    ·         Variabel Tetap adalh variabel yang nilainya tidak dapat diubah 
    ·         Variabel Bebas adalah variabel yang diubah-ubah untuk melihat pengaruhnya
    ·         Variabel Terikat adalah variabel yang diperoleh dari hasil pecobaan yang diteliti.
    4)      Menetapkan Langkah Kerja
    Akan menjadi acuan untuk melakukan prosedur kerja agar sistematis
    5)      Mengumpulkan Data dari Hasil Penelitian
    Uji coba yang sudah dilakukan akan menghasilkan data yang perlu dicatat dan dikumpulkan agar bisa dianalisis.
    6)      Mengolah dan Menganalisis Data
    Menganalisis data yang sudah dikumpulkan yang memengaruhi variabel bebas
    7)      Membuat Kesimpulan
    Hasil yang diperoleh harus bersifat objektif.
    8)      Mempublikasi hasil
    Langkah terakir adalah mempublikasi hasil penelitian agar pihak lain dapat mengetahui hasil penelitian yang sudah kita lakukan.







    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar